People said that there is no city screaming ‘France’
louder than Paris. Artinya kalau mau mengunjungi Perancis, maka kota Paris ga boleh
dilewatkan. Saking iconic nya ini kota, saya pun ingin merasakan hype nya Paris
dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai persinggahan pertama, meskipun sebenarnya
Paris bukan lah alasan utama saya melakukan trip ke Perancis. Beberapa
hal berkesan yang saya alami saat di Paris:
1. Di awal-awal kedatangan, saya merasa kagok berkomunikasi dengan orang-orang lokal. Berbeda dengan di Denmark, di Perancis sepertinya skill berbahasa Perancis menjadi sangat penting mengingat orang-orangnya sangat mencintai bahasa asli mereka. Tidak jarang, hal-hal simple dalam bahasa inggris yang saya tanyakan pada petugas penjaga stasiun dijawab dengan bahasa lokal. Alhasil saya kadang hanya menerka kira-kira apa ya maksud mereka. Nasib saya yang ga punya basic bahasa Perancis sama sekali hehe.
(Eiffel Tower)
Saat saya naik bus dari bandara, saya menanyakan pada
supirnya apakah bus tsb akan melewati stasiun tujuan saya. Beliau yang
kesulitan menjelaskan dalam bahasa inggris, akhirnya ‘menitipkan’ saya pada
penumpang lain yang punya tujuan searah dengan saya. Berkenalan lah saya
dengan Letticia, gadis Perancis yang antusias menawarkan diri untuk jalan bersama
menuju stasiun. Letticia baru saja pulang dari Israel & akan melewatkan
summer dengan keluarganya di Perancis sebelum kembali lagi ke Israel bulan September
mendatang. Dia mengajari saya cara menggunakan mesin untuk membeli tiket
transport, merekomendasikan tempat-tempat potensial untuk dikunjungi selama di Paris,
bahkan besoknya mengirimi saya pesan menanyakan bagaimana hari saya di Paris
& tempat apa saja yang akhirnya saya kunjungi. Thanks for the help, girl !! 😊
(Arc de Triomphe)
(The Basilica of The Sacred Heart)
2. Kalau orang-orang menyebut Paris sebagai the
city of light, saya mendefinisikan Paris (dan kota lain di Perancis in general)
sebagai the city of pastries. Saat di Perancis saya benar-benar kalap kepengen
mencoba berbagai jenis pastry yang dijual di cafe-cafe, restoran ataupun di toko
bakery. Semuanya begitu menggoda dengan
tampilan yang cantik dan menggugah selera. Ternyata the rumour is true, orang Perancis sangat jago bikin pastry
seriously!!! Btw, saya juga sempat makan di restoran Indonesia di daerah Rue de
Vaugirard. Ini saking pengennya makan masakan Indonesia hehe. Sampai di sana ga
pake ribet bisa langsung order pakai bahasa Indonesia: ‘Mas, saya pesan nasi
goreng dan es campur ya..’ Kangen banget bisa mesan makanan dengan cara begini
:p
(Salah satu pastry favorit dari Brioche Doree di seputaran Champs-Elysees)
(Terharu banget bisa nyobain es campur lagi :p)
3. Saat saya berjalan-jalan di sekitaran lokasi
menara Eiffel, seorang penjual gantungan kunci mendekat dan tanpa diduga yang
saya dengar kurang lebih adalah: ’Murah murah, ayo dibeli’. Dalam bahasa Indonesia!! Takjub juga,
mungkin saking banyaknya turis dari Indonesia yang biasanya suka jajan souvenir
sampai-sampai penjualnya ngerti beberapa teknik marketing dalam bahasa Indonesia
haha. Hal ini sebenarnya juga saya temui saat dulu jalan ke Italia, tepatnya
saat mengunjungi menara Pisa, saat itu penjual kaos-kaos souvenir menawarkan: ‘Ayo
kaka dibeli, murah kaka...’ Ini mah asli, saya berasa lagi di tanah abang bukan
di Italy haha.
(Toko buku bekas & vynil di sekitaran Latin Quarter)
4. Banyak turis lokal yang saya temui di tempat
wisata menikmati waktu senggang mereka dengan membaca buku. Datang jauh-jauh ke
tempat wisata untuk liburan, mereka malah asyik membaca buku, bayangkan!! Ternyata
mereka tidak maniak foto-foto, saudara-saudara!! Haha. Saya senang deh
mengamati kira-kira bagaimana cara para turis lokal menikmati waktu jalan-jalan
mereka. Saat saya jalan-jalan ke Tuileries Garden, saya melewati seorang turis
duduk berjemur sambil ngisi TTS. Tau kan, teka teki silang gitu. Banyak juga yang
cuma duduk-duduk sambil membaca novel. Akhirnya setelah muter-muter, saya
beristirahat dengan duduk di sebuah kursi menghadap kolam. Di sebelah kanan
saya beberapa turis sedang tidur-tiduran di kursi taman. Di sebelah kiri saya
ada seorang turis sedang bersantai sambil bermain harmonika dan sesekali melihat
buku not lagu, seolah-olah sedang mengadakan pertunjukan. Alhasil saya sempat
ketiduran juga sebentar di kursi saking terhanyutnya dengan suasana haha. Beberapa
saat kemudian saya dengar seorang nenek bertepuk tangan dan mengucapkan ’bravo
bravo’ saat harmonika selesai dimainkan. Rupanya beliau juga ikut menikmati
alunan melodinya. Setelah kejadian ini, saya seolah-olah mendapatkan ilham
untuk menyempatkan tidur-tiduran sebentar di tempat wisata berikutnya yang saya
kunjungi. Tanpa disadari saya menemukan cara baru untuk menikmati suasana sekitar
saat liburan, biasanya dengan duduk-duduk santai, makan es krim atau pastry, ataupun
tidur-tiduran. Ini sih sebenarnya antara kepengen meresapi suasana atau emang
ngantuk haha.
(Jardin des Tuileries)
5. Secara umum, saya bisa
menyempatkan berkunjung ke destinasi-destinasi mainstream di Paris. Haha, wisatanya baru sebatas yang
mainstream-mainstream aja. Hal ini juga sebenarnya karena keterbatasan waktu,
apalagi Paris memiliki banyak destinasi wisata yang bagus, akhirnya tidak semua
tempat bisa dikunjungi dalam 2 hari. Saya skip destinasi ke museum
ataupun galleri seni, padahal Paris terkenal dengan hal-hal beginian ya. Ini
karena saya memang gak punya sense of art, kalaupun dipaksakan ke museum
mungkin saya hanya akan bengong-bengong gak ngerti haha. Jadi ya sudah, saya
lewatkan saja. Overall saya
cukup puas dengan itinerary dadakan yang saya buat dan menjadi Parisian
selama 2 hari.
(Notre-Dame by The River Seine)
No comments:
Post a Comment