Saturday, July 14, 2018

France Part 1 - Paris, The City of Pastries


People said that there is no city screaming ‘France’ louder than Paris. Artinya kalau mau mengunjungi Perancis, maka kota Paris ga boleh dilewatkan. Saking iconic nya ini kota, saya pun ingin merasakan hype nya Paris dan memutuskan untuk menjadikannya sebagai persinggahan pertama, meskipun sebenarnya Paris bukan lah alasan utama saya melakukan trip ke Perancis. Beberapa hal berkesan yang saya alami saat di Paris:

1. Di awal-awal kedatangan, saya merasa kagok berkomunikasi dengan orang-orang lokal. Berbeda dengan di Denmark, di Perancis sepertinya skill berbahasa Perancis menjadi sangat penting mengingat orang-orangnya sangat mencintai bahasa asli mereka. Tidak jarang, hal-hal simple dalam bahasa inggris yang saya tanyakan pada petugas penjaga stasiun dijawab dengan bahasa lokal. Alhasil saya kadang hanya menerka kira-kira apa ya maksud mereka. Nasib saya yang ga punya basic bahasa Perancis sama sekali hehe. 

                                                                     (Eiffel Tower)

Saat saya naik bus dari bandara, saya menanyakan pada supirnya apakah bus tsb akan melewati stasiun tujuan saya. Beliau yang kesulitan menjelaskan dalam bahasa inggris, akhirnya ‘menitipkan’ saya pada penumpang lain yang punya tujuan searah dengan saya. Berkenalan lah saya dengan Letticia, gadis Perancis yang antusias menawarkan diri untuk jalan bersama menuju stasiun. Letticia baru saja pulang dari Israel & akan melewatkan summer dengan keluarganya di Perancis sebelum kembali lagi ke Israel bulan September mendatang. Dia mengajari saya cara menggunakan mesin untuk membeli tiket transport, merekomendasikan tempat-tempat potensial untuk dikunjungi selama di Paris, bahkan besoknya mengirimi saya pesan menanyakan bagaimana hari saya di Paris & tempat apa saja yang akhirnya saya kunjungi. Thanks for the help, girl !! 😊


                                                                (Arc de Triomphe)


                                                 (The Basilica of The Sacred Heart)

2. Kalau orang-orang menyebut Paris sebagai the city of light, saya mendefinisikan Paris (dan kota lain di Perancis in general) sebagai the city of pastries. Saat di Perancis saya benar-benar kalap kepengen mencoba berbagai jenis pastry yang dijual di cafe-cafe, restoran ataupun di toko bakery. Semuanya begitu menggoda  dengan tampilan yang cantik dan menggugah selera. Ternyata the rumour is true, orang Perancis sangat jago bikin pastry seriously!!! Btw, saya juga sempat makan di restoran Indonesia di daerah Rue de Vaugirard. Ini saking pengennya makan masakan Indonesia hehe. Sampai di sana ga pake ribet bisa langsung order pakai bahasa Indonesia: ‘Mas, saya pesan nasi goreng dan es campur ya..’ Kangen banget bisa mesan makanan dengan cara begini :p        
                                       


                 (Salah satu pastry favorit dari Brioche Doree di seputaran Champs-Elysees)

 
                                         (Terharu banget bisa nyobain es campur lagi :p)

3. Saat saya berjalan-jalan di sekitaran lokasi menara Eiffel, seorang penjual gantungan kunci mendekat dan tanpa diduga yang saya dengar kurang lebih adalah: ’Murah murah, ayo dibeli’. Dalam bahasa Indonesia!! Takjub juga, mungkin saking banyaknya turis dari Indonesia yang biasanya suka jajan souvenir sampai-sampai penjualnya ngerti beberapa teknik marketing dalam bahasa Indonesia haha. Hal ini sebenarnya juga saya temui saat dulu jalan ke Italia, tepatnya saat mengunjungi menara Pisa, saat itu penjual kaos-kaos souvenir menawarkan: ‘Ayo kaka dibeli, murah kaka...’ Ini mah asli, saya berasa lagi di tanah abang bukan di Italy haha.

                                     

                                   (Toko buku bekas & vynil di sekitaran Latin Quarter)

4. Banyak turis lokal yang saya temui di tempat wisata menikmati waktu senggang mereka dengan membaca buku. Datang jauh-jauh ke tempat wisata untuk liburan, mereka malah asyik membaca buku, bayangkan!! Ternyata mereka tidak maniak foto-foto, saudara-saudara!! Haha. Saya senang deh mengamati kira-kira bagaimana cara para turis lokal menikmati waktu jalan-jalan mereka. Saat saya jalan-jalan ke Tuileries Garden, saya melewati seorang turis duduk berjemur sambil ngisi TTS. Tau kan, teka teki silang gitu. Banyak juga yang cuma duduk-duduk sambil membaca novel. Akhirnya setelah muter-muter, saya beristirahat dengan duduk di sebuah kursi menghadap kolam. Di sebelah kanan saya beberapa turis sedang tidur-tiduran di kursi taman. Di sebelah kiri saya ada seorang turis sedang bersantai sambil bermain harmonika dan sesekali melihat buku not lagu, seolah-olah sedang mengadakan pertunjukan. Alhasil saya sempat ketiduran juga sebentar di kursi saking terhanyutnya dengan suasana haha. Beberapa saat kemudian saya dengar seorang nenek bertepuk tangan dan mengucapkan ’bravo bravo’ saat harmonika selesai dimainkan. Rupanya beliau juga ikut menikmati alunan melodinya. Setelah kejadian ini, saya seolah-olah mendapatkan ilham untuk menyempatkan tidur-tiduran sebentar di tempat wisata berikutnya yang saya kunjungi. Tanpa disadari saya menemukan cara baru untuk menikmati suasana sekitar saat liburan, biasanya dengan duduk-duduk santai, makan es krim atau pastry, ataupun tidur-tiduran. Ini sih sebenarnya antara kepengen meresapi suasana atau emang ngantuk haha. 

                                                              (Jardin des Tuileries)



5. Secara umum, saya bisa menyempatkan berkunjung ke destinasi-destinasi mainstream di Paris. Haha, wisatanya baru sebatas yang mainstream-mainstream aja. Hal ini juga sebenarnya karena keterbatasan waktu, apalagi Paris memiliki banyak destinasi wisata yang bagus, akhirnya tidak semua tempat bisa dikunjungi dalam 2 hari. Saya skip destinasi ke museum ataupun galleri seni, padahal Paris terkenal dengan hal-hal beginian ya. Ini karena saya memang gak punya sense of art, kalaupun dipaksakan ke museum mungkin saya hanya akan bengong-bengong gak ngerti haha. Jadi ya sudah, saya lewatkan saja. Overall saya cukup puas dengan itinerary dadakan yang saya buat dan menjadi Parisian selama 2 hari. 
 
                                                    (Notre-Dame by The River Seine)

No comments:

Post a Comment